Curah hujan yang tinggi membuat Balai Pelestarian Cagar Budaya atau
BPCB trowulan harus bekerja ekstra keras untuk menjaga kelestarian benda
cagar budaya agar tidak rusak oleh cuaca salah satunya adalah dengan
cara memandikan benda cagar budaya tersebut.
Haryoto juru pelihara candi Songgoriti tak punya pilihan lain selama
beberapa Minggu ini ia sering terlihat sibuk memandikan candi Songgoriti
candi tertua di Jawa Timur yang selama 18 tahun terakhir ia jaga dengan
segenap hati.
Curah hujan yang tinggi telah membuat bebatuan candi kerap ditumbuhi
oleh lumut sehingga tak ada pilihan lain selain membersihkan candi
dengan cara memandikannya namun Haryoto tak sendirian ia dibantu oleh
Hadi Suyitno rekannya dari BPCB trowulan.
Untuk memandikan batu candi tak bisa sembarangan Haryoto menggunakan
air panas yang keluar dari sumber di bawah area candi untuk membersihkan
lumut pun juga tak boleh sembarangan memakai alat ia menggunakan sapu
lidi untuk menggosok batu candi.
Hanya saja cara ini harus dilakukan dengan telaten karena tidak
jarang lumut lumut tersebut menempel di rongga rongga batu candi
sehingga cukup sulit untuk dibersihkan namun jika tidak demikian batu
candi bisa cepat hancur dan candi Songgoriti bisa tinggal nama.
Menurut Haryoto candi yang terbuat dari batu andesit bisa cepat rusak
jika cara merawatnya salah atau sembarangan karena itu pihak BPCB telah
membekali pengetahuan kepada seluruh juru kuncinya agar tahu cara cara
merawat candi.
Di area petilasan candi Songgoriti sendiri saat ini yang tersisa
adalah kaki candi dan sebagian tubuh candi yang terbuat dari batu
andesit serta pondasi candi yang terbuat dari batu bata kuno.
Candi Songgoriti merupakan candi yang dibuat tahun 888 Masehi pada
masa kerajaan mataram kuno di zaman empu sendok dan empu supo candi
Songgoriti juga diyakini sebagai tempat pertemuan antara Ken Arok dan
Ken Dedes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar